Menelisik makna Perjuangan berbungkus Komitmen total untuk Bangsa

0
159

17 Agustus 1945 menjadi puncak pengakuan Kemerdekaan Bangsa Indonesia,baik secara Nasional bagi Masyarakat Indonesia serta Masyarakat Dunia Internasional.

Tentu saja bukan hanya De Facto dan De Jure ketika memaknai Proklamasi Kemerdekaan,pengakuan tersebut juga menjadi penghormatan setinggi tingginya untuk para Pahlawan Pejuang Bangsa yang telah gugur berkalang tanah,demi sebuah cita cita Kemerdekaan.

Framing perjuangan Para Pahlawan Bamgsa menjadi narasi dalam tulisan kali ini,karena aura dan teriakan para Pejuang adalah teriakan hati akan pentingnya Komitmen total tanpa syarat untuk Kemerdekaan Bangsa pada saat itu.

Ketika Pejuang Bangsa melawan penjajah,dalam benak sanubari terdalam bagi mereka adalah mempertajam keinambungan komitmen tinggi untuk menuju kemerdekaan Bangsa yang merupakan tujuan serta harapam dan menjadi akar cita cita Para Pejuang Bangsa.

Komitmen kepada Bangsa disertai dengan komitmen untuk kelak supaya kehidupan Keluarga,anak dan cucu mereka bisa merasakan euforia artikulasi Alam Merdeka yang seutuhnya dan terbebas dari belenggu rantai penjajahan.

Penulis mencoba memberikan ilustrasi bagaimana pertempuran pejuang dengan penjajah dalam biorama aksi game Paint Ball, ketika kita bermain dalam 2 team untuk saling menembak,memperebutkan bendera di berada ditengah sebagai simbol kemenangan.

Paint Ball mungkin hanya sebuah game atau permainan,tetapi ketika penulis mengikuti game paint ball,bagaimana harmonisasi tembakan dan tujuan atau strategi pemenangan harus berjalan beriringan,karena jumlah paint pelurunya terbatas.

Terbersit juga bagaimana ketakutan apabila mendapatkan tembakan dari musuh dan bagaimana berlindung dari tembakan musuh,tetapi komitmen kemenangan dalam alur strategi menang tetap harus dijalankan.

Dalam benak penulis,dengan tersenyum dalam hati,membayangkan bagaimana crowd yang terjadi hanya untuk sebuah peluru cat,bayangkan apabila senjata yang digunakan adalah pelurus asli yang bisa menembus badan manusia.

Ketika selesai game paint ball dengan kemenangan yang diraih oleh tim dari penulis,penulis membayangkan bagaimana suasana perang yang sesungguhnya.

Perang yang harus dimenangkan,dan perang yang kitanya harus tetap merangsek maju,hanya berbekal sebilah bambu tajam.

Perang yang dipastikan akan menelan banyak nyawa karena musuh yang dihadapi memiliki persenjataan yang sangat lengkap.

Dengan tertegun dan mulai meneteskan air mata,penulis mencoba memahami bahwa keyakinan atas komitmen menjadi peluru semangat yang luar biasa,menafikan segala ketakutan dan menjelma menjadi bukit keyakinan spirit of Heaven,disertai lantunan teriakan Allahu Akbar.

Keyakinan atas komitmen pengorbanan dan keyakinan atas komitmen menuju kemenangan itulah yang harus menjadi teladan bagi kita semua,yang kadang terlena akan sebuah tujuan hidup dan tidak mempunyai base of commitment atas semua langkah kehidupan yang kita jalani.

Meneladani keyakinan atas komitmen menjadi framing penting bagi kita semua untuk mengabdi kepada Bangsa dan Negara dalam segala bidang yang kita memamg mampu menjalaninya.

Semakin deras air mata penulis,mungkin bukan hanya lantunan doa terindah dan terbaik bagi para Pahlawan Pejuang Bangsa,tetapi Doa Agung serta Doa teriakan supaya bisa menembus langit jawaban Doa,itu mungkin yang lebih pas dilantunkan untuk Para Pejuang Bangsa.

Untuk menghadiri peringatan Upacara Hari Kemerdekaan yang ke 79 Tahun di Grahadi,rumah dinas Gubernur Jawa Timur,dimana Lembaga yang dipimpin penulis selalu mendapatkan undangan,sengaja penulis mewakilkan undangan kepada Ananda Bening Kalinda Satriyo,Putri dari penulis dengan dikawal 1 orang pengurus MAKI Jatim,Mbak Yuniawati atau akrab dipanggil Mbok Ma.

Dengan berbisik pelan ke telinga putrinya sebelum berangkat menghadiri upacara,penulis membisikkan kata kata ” selami dan rasakan dengan sangat dalam aura upacara tersebut,asah intuisi untuk merasakan “kehadiran” Pejuang Bangsa yang akan hadir dengan senyuman serta tangis,dan panjatkan doa Agung,sampaikan rasa ” terima kasih ” kepada Pejuang dan Pahlawanku,serta ditutup.dengan kata kata ” AKU BANGGA MENJADI RAKYAT INDONESIA “.

Dengan tersenyum lepas,ananda penulis,Bening Kalinda Satriyo berusaha mengerti atas bisikkan Ayahandanya dan siap berangkat mengikuti upacara hari Kemerdekaan RI yang ke 79 Tahun di Grahadi,untuk menyampaikan doa agung dalam.hati dan mengucapkan kata pamungkas ” terima kasih ” untuk Para Pejuang dan Pahlawan Bangsa.

Leave a reply