Merajut harapan ditengah ketidakpastian,cara Heru MAKI memaknai Kemerdekaan saat ini di tengah Tahun Politik
Tadi malam ( 16/8 ),dengan sangat khitmad,saya mengadakan “renungan” Hari Kemerdekaan dengan rekan rekan sejawat MAKI,disertai suguhan ala kadarnya.
Persis jam 00:00,kita bersama menutup mata sebentar,untuk mengenang jasa Para Pahlawan Bangsa,yang 78 Tahun yang lalu dan tahun sebelumnya,yang ada dalam benak Pejuang Kemerdekaan hanyalah mengangkat senjata seadanya,berperang tanpa berpikir nyawa dan keluarga.
Saya mencoba memasuki kondisi psikis Pejuang Kemerdekaan,yang bergerak dengan hati,tidak pernah gentar,tidak berpikir keselamatan pribadi dan menitipkan keselamatan keluarganya hanya kepada Allah SWT,Sang Maha Pengasih.
Dalam benak Para Pejuang Kemerdekaan kita,hanya ada satu tujuan utama,tujuan yang bersih dan suci,tujuan yang sangat Mulia,yaitu Merdeka,dan tanpa kita sadari,bahwa Para Pejuang Kemerdekaan kita lebih memikirkan “kita” dan “nasib kita” daripada nyawa dan keluarganya.
Lebih memikirkan bagaimana masa depan Bangsa Indonesia untuk Merdeka,lebih menitik beratkan ungkapan kasih sayang mereka untuk generasi penerus Bangsa,dan ketika harus ” meregang nyawa “,dengan meneteskan air mata,Para pejuang Kemerdekaan Bangsa berdoa Insya Allah dalam hati sanubari terdalam,berteriak keras ” saya titipkan Bangsa dan Negara ini pada kalian,tugas saya berhenti ketika nyawa harus terlepas dari raga,dan dengan tersenyum,meninggalkan dunia ini dengan sebuah keyakinan,anak cucunya akan juga bisa tersenyum indah menikmati kemerdekaan yang telah saya perjuangan.
Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menyesakkan dada,sarat dengan suasana keikhlasan,dan tidak terasa air mata saya mulai bergerak keluar sebagai aktualisasi pengungkapan rasa terima kasih dan berkirim doa terbaik bagi Para Pejuang Kemerdekaan yang akan selalu menjadi Pahlawan Bangsa dengan janji Husnul Qotimah,Allah SWT akan mengumpulka mereka dalam keindahan dan kenikmatan Surga tiada tara.
Setelah berkunjung dalam alam bawah sadar,menuntun diri untuk memasuki suasana batin Para Pejuang Kemerdekaan,saya mencoba mulai melihat Bangsa dan Negara Indonesia tercinta saat ini.
Dengan sedikit tersenyum juga,saya mencoba berteriak dalam hati,”bukan salah saya wahai Para Pejuang Kemerdekaan,kalau Negara Indonesia kita saat ini sangat tumpul dalam memaknai perjuangan kalian semua”,” bukan salah saya juga kalau kami,masyarakat Indonesia saat ini hanya bisa dipaksa menjadi penonton dan bukan pelaku”, ” dan bukan salah saya,kalau saya tidak bisa maksimal untuk merasakan arti perjuangan dengan hati yang ikhlas”.
Menyadari arti kesempurnaan dalam sebuah perjuangan dengan menyadari bahwa terjadi proses penyaringan,ketika berjuang,terjadi sebuah pergeseran hebat bahwa apabila kita berjuang,yang akan terlihat terlebih dahulu oleh masyarakat adalah apakah keluarga sudah mapan atau kaya terlebih dahulu,dan kelebihan materi tersebut menjadi sebuah aktualisasi atau perwujudan perjuangan itu sendiri,tidak berusaha munafik dan menyampaikan apa adanya.
Saat ini hanya yang mempunyai modal besar,mempunyai warisan banyak,yang rumahnya tingkat,yang istri dan anak anaknya naik mobil,yang bisa travelling kemanapun semaunya,itulah orang orang yang menurut saya,telah berjuang dan menjadi tontonan decak kagum masyarakat dalam hati.
Caleg harus punya modal uang banyak untuk dibagi bagikan,kalau mau jadi anggota dewan,staf Pegawai Negeri juga harus pandai menabung dan pinjam uang untuk dipakai “menyawer” kalau mau naik jabatan,Menteri harus tahu kode kedekatan dengan Pimpinannya kalau mau bertahan tetap mejadi Menteri,Gubernur harus tahu memanage pencitraan dipadukan dengan sumbangan “modal” dari pengusaha,Walikota dan Bupati harus mengerti dengan benar,dimana kantong kantong suara sebenarnya,untuk kemudian ketika sawerannya bergerak,tidak salah sasaran.
Sebuah fenomena untuk menggapai sebuah tujuan. Perbedaan yang mendasar adalah Para Pejuang kita yang berjuang itu jarang mandi,makan seadanya,tetapi untaian wirid dan doa di hati terdalam,itulah yang menjadi penjaga kebersihan hati serta menjadi kunci untuk menjaga semangat perjuangan ikhlas.
Kita mandi bisa 4 kali sehari,makan yang kita suka saja,dan jarang “MELIBATKAN” hati dalam berjuang,baik berjuang untuk kesejahteraan anak dan istri,berjuang untuk mendapatkan istri,berjuang untuk mencari rezeki sebagai parameter sebuah peningkatan kesejahteraan dan yang utama adalah “JARANG MELIBATKAN ALLAH SWT”dalam melakukan aktivitas untuk sebuah perjuangan apapun bentuknya.
Saya sampaikan hal yang menurut saya,menjadi sebuah basis utama,apabila kita berjuang saat ini dengan selalu mengedepankan dan menyertakan “Hati yang Ikhlas “dan menyertakan ” KOMUNIKASI POSITIF KEPADA ALLAH SWT ” serta “SELALU MELIBATKAN ALLAH SWT DALAM SEGALA HAL KEJADIAN”.
Haduh,semakin lama bisa semakin gila saya seperti dunia ini yang sudah mendekati ambang kegilaan dengan semua sajiannya.” Ya Allah,berikan Surgamu sesuai janjiMu untuk Para Pejuang Bangsa ini,Ya Allah SWT,hamba mohon semoga Engkau Tidak pernah Lelah unttuk selalu saya libatkan dalam semua yang akan saya alami sekarang dan besok,Ya Allah SWT,kuatkanlah keyakinan akan sebuah karya KONSISTENSI UNTUK BERJUANG MELAWAN KORUPSI apabila itu bisa menjadi hal yang bisa.dinikmati anak dan cucu Hamba kelak,dan yang terakhir Ya Allah SWT,berikanlah kematian terindah,selaras dengan Doa Rasulullah SAW ketika menghadapi Malaikat Maut,karena hamba adalah Umat Rasulullah SAW dan bukan umat Rupiah atau Dolar,” doa saya dalam hati,sekaligus saya menutup tulisan saya.
Semangat Hari Jadi Kemerdekaan Bangsa yang ke 78 tetap akan menjadi momentum meneladani sebuah Perjuangan yang menggunakan “Hati” dan melibatkan ” Allah SWT ” Sang Maha Sempurna.